Beberapa Hal Penting Dalam Penangkaran Ciblek

Ciblek, seperti pada artikel sebelumnya, terdiri atas beberapa jenis dan dengan wilayah persebaran yang cukup luas di Indonesia. Popularitasnya yang makin meroket di kalangan kicaumania membuat populasi ciblek di alam liar terus menyusut, karena sedikit sekali orang yang mau menangkarkannya. Itu sebabnya Om Kicau membuat artikel mengenai panduan penangkaran burung ciblek ini, terutama fokus pada beberapa hal penting yang sering dikeluhkan beberapa kicaumania yang pernah mencoba menangkarkannya.

Sepasang burung ciblek, modal awal dalam penangkaran
 Salah seorang dari segelintir kicaumania yang pernag menangkar ciblek adalah Om Iwan dari Lippo Cikarang (silakan buka lagi artikelnya di sini). Diakuinya, penangkaran ciblek memang membutuhkan perhatian khusus. Sebab banyak kendala yang mengadang, terutama proses penjodohan yang tak mudah. Terkadang kedua calon induk susah berjodoh, atau bahkan saling berkelahi sesuai dengan karakter burung ini yang memang fighter.
Permasalahan penting lainnya adalah induk sering membuang telur, memakan telur, bahkan membuang anakan yang baru menetas. Beberapa hal penting dalam penangkaran ciblek tersebut akan dikupas di sini, sehingga bisa membantu penangkar, sekaligus meningkatkan minat sobat kicaumania yang ingin menangkarnya.
Sexing dan beberapa persyaratan indukan
Sexing atau membedakan jenis kelamin burung ciblek sebenarnya tidak terlalu sulit, terutama dengan melihat paruhnya. Burung ciblek jantan memiliki paruh berwarna hitam, sedangkan betina memiliki paruh bawah yang berwarna putih. Untuk lebih jelasnya, silakan lihat gambar di bawah ini :

Ciblek jantan memiliki paruh hitam (kiri). Betina memiliki paruh bawah lebih terang / putih
 Ketika masih muda, ciblek jantan juga memiliki paruh bawah berwarna putih, sebagaimana ciblek betina yang sudah dewasa. Perbedaannya, di bagian ujung paruh bawah dari ciblek muda jantan terdapat warna hitam. Ini menjadi salah satu tengara penting dalam menentukan burung jantan muda.
Untuk mengatasi problem kesulitan dalam penjodohan ciblek jantan dan betina, Anda bisa menggunakan burung yang sudah jinak. Kalau Anda berjalan-jalan ke pasar burung, tidak sulit mencari burung ciblek yang sudah rajin bunyi dan dalam kondisi sangat jinak maupun jinak lalat.
Mengapa calon indukan sebaiknya burung yang sudah jinak? Jika burung sudah jinak, maka proses adaptasinya terhadap lingkungan baru, termasuk majikan / perawat yang baru, akan lebih mudah dan lebih cepat daripada burung yang masih giras / liar. Hasilnya, burung memiliki potensi stres yang lebih rendah, dan ini sangat bagus ketika burung berada dalam kandang penangkaran.
Burung yang memiliki potensi stres tinggi sangat menyulitkan dalam proses penangkaran. Bukan hanya ketika hendak dijodohkan, tetapi ketika sudah berproduksi pun sering memunculkan berbagai permasalahan seperti yang pernah dialami Om Iwan Cikarang. Entah induk memakan atau membuang telur, bahkan membuang anak yang baru menetas. Bisa juga induk enggan mengerami telurnya, akibat kegagalan dalam beradaptasi terhadap lingkungan di sekitar kandang.
Selain itu, idealnya burung jantan dan betina yang hendak dijodohkan benar-benar sudah dewasa, yaitu umur 1,5 tahun untuk calon induk jantan dan 1 tahun untuk calon induk betina. Mengenai jenis ciblek yang mau Anda tangkarkan, tentu bisa disesuaikan dengan keinginan masing-masing, apakah mau menangkarkan ciblek gunung atau ciblek kebun / jawa, baik dada putih maupun dada kuning.
Proses penjodohan ciblek
Proses penjodohan ciblek tidak jauh berbeda dari jenis burung lainnya. Misalnya dengan menggantung sarang mereka saling berdekatan, atau memasukan mereka ke dalam kandang perjodohan yang bersekat.
Pada tahap awal perkenalan, biasanya ciblek jantan dan betina akan saling menunjukkan emosi masing-masing. Biarkan kondisi tersebut berjalan selama beberapa hari, agar mereka bisa saling beradaptasi satu sama lainnya.
Selama perjodohan, burung diberikan pakan yang bisa menaikan birahi, misalnya kroto dan jangkrik. Selama itu pula, perkembangan burung harus tetap dipantau. Jika burung jantan terlihat selalu menyerang betina, porsi kroto dan jangkrik bisa dikurangi, sedangkan porsi untuk betina ditambah. Begitu pula jika sebaliknya.
Untuk memudahkan proses perjodohan ciblek, Anda bisa menggunakan BirdMature yang sangat efektif dalam mendongkrak birahi pada level optimal, sehingga burung tidak loyo dan tidak juga over birahi (OB). Selain itu, BirdMature nantinya akan berperan dalam meningkatkan kesuburan / fertilitas telur, meningkatkan daya tetas telur yang dierami induk, serta meningkatkan kualitas kesehatan anakan.
Tanda-tanda burung ciblek berjodoh adalah:
  • Burung betina ataupun jantan akan selalu mengambil posisi berdekatan sewaktu tidur atau istirahat.
  • Burung betina lebih sering membalas suara kicauan jantan dengan tembakan khasnya.
Setelah tanda-tanda tersebut mulai tampak, maka saatnya memasukkan burung jantan dan burung betina dalam kandang penangkaran. Dalam tahap penyatuan, perawat harus tetap memantau kondisi kedua indukan, siapa tahu terjadi saling serang. Kalau masih saling serang, proses penjodohan harus diulangi sampai keduanya benar-benar akur.
Kandang penangkaran ciblek
Kandang penangkaran burung ciblek bisa menggunakan model aviary, atau bisa juga menggunakan sangkar harian yang berukuran luas. Untuk kandang aviary, Anda bisa juga memasukan tanaman-tanaman merambat agar lebih mirip dengan habitat asli mereka.

Memanfaatkan kandang murai batu
Penangkaran ciblek memanfaatkan kandang murai batu

                                                                    
Untuk memudahkan burung dalam memilih lokasi bersarang, maka siapkanlah beberapa model tempat sarang dalam kandang penangkaran. Misalnya :
  1. Tempat sarang yang biasa digunakan dalam penangkaran kenari (berbentuk mangkuk).
  2. Bambu yang dipotong dan dibuat ruangan untuk tempat bersarang (lihat gambar di bawah ini).
Bambu yang dimodifikasi sebagai tempat bersarangnya
Bambu yang dimodifikasi sebagai tempat sarang ciblek


Setelah burung sukses berjodoh, tidak lama lagi akan berlanjut pada sesi perkawinan. Tujuan menggunakan bambu seperti dalam gambar di atas adalah agar mereka bebas memilih lokasi mana yang akan digunakannya untuk tempat bersarang.
Sedangkan bahan untuk bersarang bisa menggunakan material yang ringan dan halus  yang banyak dijual di toko pakan burung.
Ciblek sedang mengerami telurnya
Ciblek sedang mengerami telurnya



Satu hal yang perlu dilakukan setelah burung betina bertelur adalah mengatur pemberian extra fooding (EF) agar kondisinya selalu fit saat mengerami telur-telurnya.
Selama induk betina mengerami telur, usahakan tidak mengganggu dengan terlalu sering mengintip sarang atau memberi / mengganti pakan terlalu lama. Hal ini bisa memicu burung betina membuang telur-telurnya atau bahkan tidak mau mengerami telurnya.
Mengatasi induk yang memakan telur
Selain membuang telur atau tidak mau mengerami telur, terkadang ciblek betina juga tega memakan telurnya sendiri. Ada beberapa faktor pemicu perilaku buruk tersebut, antara lain :
  • Induk mengalami kekurangan kalsium (Ca) dan / atau fosfor (P). Hal inilah yang beberapa kali diteliti sejumlah pakar burung dari dalam dan luar negeri, di mana mayoritas burung peliharaan di dalam sangkar / kandang kekurangan mineral Ca (serta vitamin A dan D). Pemberian BirdMature sekaligus bisa mengatasi problem kalsium, karena produk ini juga dilengkapi dengan berbagai jenis vitamin dan mineral esensial yang dibutuhkan burung dalam penangkaran.
  • Tempat bersarang terlalu terang. Karena itu, usahakan agar suasana sarang (terutama bagian dalam) agak gelap, sebagaimana kebiasaan burung ciblek saat bersarang di alam liar. Anda bisa mengatur posisi sarang atau menambahkan tanaman penutup, baik tanaman sungguhan maupun imitasi (dari plastik).
  • Tempat bersarang terlalu di bawah atau terlalu dekat dengan lantai kandang. Tinggi sarang idealnya 2 meter dari lantai.
  • Induk betina kurang berpengalaman. Hal ini biasanya terjadi pada induk betina yang baru mencapai umur dewasa kelamin (6-7 bulan). Itu sebabnya, Om Kicau selalu menganjurkan agar umur burung betina yang mau dijadikan indukan minimal 1 tahun, di mana semua organ reproduksinya benar-benar sudah matang.
    Jika sudah terlanjur dan induk betina selalu memakan telurnya sendiri, maka solusinya adalah mengambil setiap telur yang dikeluarkan induk betina, lalu menggantinya dengan telur palsu dari plastik (bisa dibeli di toko aksesoris burung). Biasanya ciblek bertelur sebanyak 3-5 butir. Nah, telur-telur asli ini bisa ditetaskan dalam inkubator atau mesin penetasan.
  • Kondisi tempat sarang yang terlalu sempit. Hal ini bisa membuat beberapa telur retak atau pecah, dan Anda mengiranya dimakan induk betina (he.. he.., silakan dicek apakah telur-telur dalam sarang terlihat berdesak-desakan).
Itulah beberapa faktor pemicu induk betina sering memakan telurnya. Jika Anda terbebas dari permasalahan di atas, berarti tinggal selangkah lagi Anda mencapai keberhasilan dalam penangkaran burung ciblek.
Induk betina akan mengerami telur-telurnya selama 12 hari. Jika anakan sudah menetas, biarkan sang induk merawat anak-anaknya, minimal sampai umur 10 hari atau 2 minggu. Jika belum berani, biarkan pengasuhan anakan kepada induknya sampai anakan sudah bisa makan sendiri. Selama itu pula, pemberian serangga dan kroto harus ditingkatkan.
Anakan burung ciblek di habitatnya
Anakan burung ciblek sedang belajar bertengger

.
Semoga bermanfaat.
Sumber
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

1 comments

  1. Makanan tambahan alternatif pengganti jangkrik, ulat dan serangga hidup lainnya untuk burung ciblek

    Makanan tambahan alternatif pengganti jangkrik, ulat dan serangga hidup lainnya untuk burung ciblek 

    Extra fooding MARKEL, solusi cerdas utk ciblek kesayangan anda

    ReplyDelete

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

Jangan Lupa Like And Follow Yach!!!

×
 
Posts RSSComments RSSBack to top
© 2011 Suara Burung Kicau ∙ Designed by BlogThietKe
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0